Tahu Tempe is Good. But, Tahu Diri is Better.
Sebuah mandatori yang cakap untuk dibayangkan. Seperti lisan yang selalu turut berpartisipasi pada keinginan. Seperti hati yang selalu turut berpartisipasi menjadi perasaan. Tidak naif, bukan? Ya, perlu dikelola dengan sebaik-baiknya. Agar ekspektasi tidak terlalu jauh, nan tidak terlalu jauh dari realitas.
Tidak naif, bukan? Karena itu semua hanya persoalan persepsi yang mengontrol pemikiran kita. Seperti aku ingin kepadamu. Namun, di sisi lain, aku perlu mengetahui batasan—minimal tahu diri—dengan bantuan mesin formula antropologi psikologi dan pemikiran Freud bahwa kesadaran perlu diutamakan. Maksudku, kita harus memperkirakan apakah itu masuk akal—dan logis. Hiduplah berdasarkan realitas. Namun aku juga tidak melarang makhluk lain untuk berasumsi ideal(isme). Ini bukan sebuah pemaksaan, melainkan penawaran.